Hai brothaa and sista yang ada diluar sanaaa...gimana nih kabarnya? Semoga kita semua senantiasa diberikan kesehatan dan keselamatan dimasa pandemi ini...
Hari ini kita belajar
tentang Insomnia yuk, pasti sebagian besar dari pembaca disini ada yang terkena
insomnia kan hihiii…
Hayooo..siapa yang sering
nih terganggu dengan insomnia? Semoga dengan tambahan ilmu sedikit dari kami,
bisa lebih mengetahui cara mewaspadai penyakitnya. Nah nggak usah lama-lama
langsung kita mulai ya...
Apa Itu?
Insomnia merupakan kasus gangguan tidur tersering yang dijumpai
dalam praktek sehari-hari.
Disebut insomnia jika sleep
latency ;ebih dari 30 menit, waktu terjeda setelah onset tidur lebih dari
30 menit, efisiensi tidur kurang dari 85% atau total lama tidur (Total Sleep Time) kurang dari 6 – 6.5
jam, dan keluhan tersebut terjadi minimal 3 hari dalam seminggu.
Prevalensi terbanyak pada kelompok lansia, status social ekonomi
rendah, pekerja dengan system rotasi (shift)
dan korban perceraian. Wanita akan lebih sering disbanding pria, meningkat pada
pengguna NAPZA dan pada pasien yang sedang dirawat di RS.
Kenapa Bisa Terjadi?
Faktor penting yang terlibat dalam patofisiologi insomnia adalah
gangguan irama sirkardian siklus bangun – tidur, irama suhu tubuh, keinginan
waktu tidur dan waktu terjaga. Bila dibandingkan dengan orang normal, pasien
sleep onset insomnia memiliki suhu inti tubuh minimum lebih lambat yaitu pada
jam 03.00 vs 07.00.
Beberapa disebabkan karena waktu terjafa somatic dan kognitif
selama 24 jam, bukan karena adanya gangguan selama mereka tidur malam atau
karena sleep deprivation.
Pasien insomnia memiliki tingkat metabolism yang lebih tinggi
dan aktivitas eletro ensefalografi yang lebih tinggi frekuensinya selama tidur.
Apa Gejalanya?
Pasien insomnia mengeluh kesulitan untuk memulai tidur (sleep
onset insomnia) atau mempertahankan tidurnya (sleep maintenance insomnia)
meskipun mereka ada kesempatan untuk tidur.
Pasien insomnia juga mengalami waktu tidur yang menjadi singkat
dan kurang adekuat, mudah terganggu kualitas waktunya buruk, tidak merasa segar
saat bangun tidur, tidak nyaman atau tidak menimbulkan efek restorasi.
Seringkali mereka terjaga berulang kali atau bangun terlalu dini dan sulit
untuk tidur lagi.
Tanpa penatalaksanaan yang efektif insomnia kronis akan berubah
menjadi persisten.
Klasifikasi nya :
1.
Dibagi menjadi durasinya
: akut dan kronis
2.
Berdasarkan derajat :
ringan dan berat
3.
Berdasarkan profil
keluhan
4.
Berdasarkan karakteristik
: primer dan komorbid
Penanganan nya?
Target dari terapi adalah untuk mengatasi gangguan tidur dimalam
hari sehingga secara otomatis memperbaiki kualitas hidup pasien sepanjang hari.
Terapi non farmakologi insomnia:
Sleep hygiene
Terapi cahaya
Diimbangi dengan terapi retriksi cahaya baik pada permukaan atau
akhir periode tidur
Behavioural seperti :
Terapi relasasi
Kontrol stimulus
Terapi kognitif
Terapi Farmakologi :
Biasanya dokter spesialis saraf akan memberikan obat-obatan
dengan jenis obat tidur yang dapat merangsang rasa kantuk dalam otak dan
membuat seluruh otot menjadi relaks sehingga terciptalah kualitas tidur yang
baik.
Tapi untuk obat-obatan tersebut harus dengan resep dokter
spesialis! Dokter umum pun mempunyai keterbatasan secara etik untuk pereseparan
nya sekarang ini.
Nah sepertinya cukup
sekian dulu ya, semoga bermanfat bagi brothaa and
sistaa semua...See you soon ya guys when i see you next time, Bye guys! stay
Beauty, Young and Wild yha!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar