Hari ini kita belajar tentang Asma yuk, yang sekarang sedang punya penyakit asma pasti sudah hapal sekali ya, tapi semoga dengan tambahan ilmu sedikit dari kami, bisa lebih mengetahui penyakitnya. Nah nggak usah lama-lama langsung kita mulai ya...
Asma adalah penyakit inflamasi kronis saluran pernafasan yang dihubungkan dengan hiperresponsif, keterbatasan aliran udara yang reversible dan gejala pernafasan.
Asma dapat ditemukan pada laki – laki dan perempuan di segala usia, terutama pada usia dini. Perbandingan laki – laki dan perempuan pada usia dini adalah 2:1 dan pada usia remaja menjadi 1:1. Prevalensi asma lebih besar pada wanita usia dewasa. Laki-laki lebih memungkinkan mengalami penurunan gejala di akhir usia remaja dibandingkan dengan perempuan.
Hasil
penelitian International Study on Asthma
and Allergies in Childhood (ISAAC) pada tahun 2005
menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi penyakit asma meningkat dari 4,2%
menjadi 5,4%. Diperkirakan prevalensi asma di Indonesia 5% dari seluruh
penduduk Indonesia, artinya saat ini ada 12,5 juta pasien asma di Indonesia.
Faktor
resiko asma dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
a. Atopi
Hal
yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara
penurunannya. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga
dekat yang juga alergi. Dengan adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah
terkena penyakit asma bronkial jika terpajan dengan faktor pencetus.
b. Hiperreaktivitas
bronkus
Saluran
pernapasan sensitif terhadap berbagai rangsangan alergen maupun iritan.
c. Jenis
Kelamin
Perbandingan
laki – laki dan perempuan pada usia dini adalah 2:1 dan pada usia remaja
menjadi 1:1. Prevalensi asma lebih besar pada wanita usia dewasa.
d. Ras
e. Obesitas
Obesitas
atau peningkatan Body Mass Index (BMI)
merupakan faktor resiko asma. Mediator tertentu seperti leptin dapat
mempengaruhi fungsi saluran pernapasan dan meningkatkan kemungkinan terjadinya
asma. Meskipun mekanismenya belum jelas, penurunan berat badan penderita
obesitas dengan asma, dapat mempengaruhi gejala fungsi paru, morbiditas dan
status kesehatan.
Beberapa faktor pencetus yang
sering menjadi pencetus serangan asma adalah :
1. Faktor
Lingkungan
a. Alergen
dalam rumah
b. Alergen
luar rumah
2. Faktor
Lain
a. Alergen
makanan
b. Alergen
obat – obat tertentu
c. Bahan
yang mengiritasi
d. Ekspresi
emosi berlebih
e. Asap
rokok bagi perokok aktif maupun perokok pasif
f. Polusi
udara dari dalam dan luar ruangan
Proses inflamasi kronik ini berhubungan dengan peningkatan kepekaan saluran napas sehingga memicu episode mengi berulang, sesak napas, batuk terutama pada malam hari. Hiperresponsivitas saluran napas adalah respon bronkus berlebihan yaitu penyempitan bronkus akibat berbagai rangsangan spesifik dan non-spesifik.
Diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan penunjang.
· Anamnesis
Anamnesis meliputi adanya gejala yang episodik,
gejala berupa batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada dan variabiliti
yang berkaitan dengan cuaca. Faktor – faktor yang mempengaruhi asma, riwayat
keluarga dan adanya riwayat alergi.
· Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien
asma tergantung dari derajat obstruksi saluran napas. Tekanan darah biasanya
meningkat, frekuensi
pernapasan dan denyut nadi juga meningkat, ekspirasi memanjang diserta ronki
kering, mengi.
· Pemeriksaan
Laboratorium
Darah (terutama eosinofil, Ig E),
sputum (eosinofil, spiral Cursshman,
kristal Charcot Leyden).
· Pemeriksaan Penunjang
o Spirometri
Spirometri
adalah alat yang dipergunakan untuk mengukur faal ventilasi paru.
Reversibilitas penyempitan saluran napas yang merupakan ciri khas asma dapat
dinilai dengan peningkatan volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) dan atau
kapasiti vital paksa (FVC) sebanyak 20% atau lebih sesudah pemberian
bronkodilator.
o Uji
Provokasi Bronkus
Uji
provokasi bronkus membantu menegakkan diagnosis asma. Pada penderita dengan
gejala sma dan faal paru normal sebaiknya dilakukan uji provokasi bronkus.
Pemeriksaan uji provokasi bronkus merupakan cara untuk membuktikan secara
objektif hiperreaktivitas saluran napas pada orang yang diduga asma. Uji
provokasi bronkus terdiri dari tiga jenis yaitu uji provokasi dengan beban
kerja (exercise), hiperventilasi udara dan alergen non-spesifik seperti
metakolin dan histamin.
o Foto
Toraks
Pemeriksaan
foto toraks dilakukan untuk menyingkirkan penyakit lain yang memberikan gejala
serupa seperti gagal jantung kiri, obstruksi saluran nafas, pneumothoraks,
pneumomediastinum. Pada serangan asma yang ringan, gambaran radiologik paru
biasanya tidak memperlihatkan adanya kelainan.
Pengobatan non-medikamentosa
·
Penyuluhan
·
Menghindari faktor pencetus
·
Pengendali emosi
·
Pemakaian oksigen
Pengobatan medikamentosa
Pengobatan ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala
obstruksi jalan napas, terdiri atas pengontrol dan pelega.
Hmmm...sepertinya cukup segini dulu aja ya materinya, semoga bermanfat bagia brothaa and sistaa semua...See you soon ya guys when i see you next time, Bye guys! stay Beauty, Young and Wild yha!