Cerita ini dimulai dari sebuah acara wisuda pada fakultas hukum sebuah universitas. Ma Hye Ri, saat namanya dipanggil untuk maju Hye Ri dengan penampilan super wow maju dengan PD dan menerima buku wisudanya.
Acara wisuda hari itu belum selesai tapi Hye Ri minta izin untuk pergi dengan alasan dia mendapat telepon bahwa ibunya sedang sakit dirumah sakit dan harus masuk ruang operasi segera. Dengan wajah pura-pura sedih Hye Ri meminta izin untuk tidak mengikuti workshop dan ketika ia mendapatkan izin wajahnya langsung berubah menjadi sangat sumringah. Baru menuruni beberapa anak tangga, Hye Ri melepas jubah wisudanya dan melemparnya ke atas.
Setelah pergi dari acara wisuda yang menurut Hye Ri sangat membosankan itu, Hye Ri pergi ke sebuah butik untuk membeli beberapa stel baju sky dan beberapa barang yang akan digunakannya untuk pergi berlibur sementara waktu. Dan selesainya berbelanja, Hye Ri menelpon Yoo Na sahabat baiknya untuk memastikan bahwa liburan mereka akan berjalan dengan baik. Yoo Na bertanya “bagaimana bisa kau mengelabui ayahmu supaya tidak menghadiri acara wisudamu?” lalu Hye menjawab “tenang saja semua sudah aku urus, aku ini cerdik dan IQ ku 128 kau ingat kan?”
Di lain sisi, ayah Hye Ri datang ke rumah sakit dengan wajah super marah. Ayah Hye Ri berkata “aku mendengar kau pingsan, matamu terpejam, dan kau berhenti bernafas, kenapa bisa?”, ibu Hye Ri menjawab “karena kemungkinan aku terkena anemia”. Ayah Hye Ri tambah kesal dibuatnya “Kau anemia? Dengan badanmu yang besar ini?” ibunya menjawab “anemia tidak memandang orang gemuk atau bukan”. Ibu Hye Ri berkata “walaupun kau harus menghadiri acara anakmu wisuda kau harus pergi bila istrimu hampir saja menghadapi ajal” lalu ayah Hye menjawab “aku kesini untuk menguburmu karena aku pikir kau sudah mati” (hahaa..kejem banget ayahnya Hye Ri). Dan ayah Hye Ri masih begitu kesal karena tidak datang dan berfoto saat putrinya diwisuda. Ini semua adalah salah satu bentuk pengorbanan ibu Hye Ri agar Hye Ri bisa pergi berlibur tanpa sepengetahuan ayahnya. Karena dengan ibunya masuk rumah sakit, maka ayah Hye Ri tidak bisa pergi ke acara wisuda Hye Ri. Setelah ayah Hye Ri pergi, ibunya lalu menelepon Hye Ri. Ibunya berkata “karena putriku yang akan menjadi seorang jaksa, aku harus melakukan CT scan dan MRI” dengan polos Hye Ri berkata “itu baik untuk mengecek kesehatan ibu”. “Sudahlah bu, aku bisa menjadi jaksa tanpa harus ikut workshop dan aku pergi karena aku sangat ingin mengadiri acara lelang itu,”kata Hye Ri pada ibunya. “Kalau begitu bawa pulang segera barang itu,” kata ibunya.
Setelah beberapa lama mengemudi, Hye Ri sampai juga ditempat tujuannya berlibur yaitu tempat sky. Hye Ri mengambil beberapa lembar uang dari dompetnya, kemudian meninggalkan semua barangnya yang hanya ditutupi dengan selimut. Padahal dia tidak sadar kalau seseorang sedang memperhatikan mobilnya (hati-hati Hye Ri, jangan naruh barang berharga dimobil..). Hye Ri bahkan meninggalkan HP nya di dalam mobil karena terlalu bersemangat dan sudah tidak sabar ingin bermain sky.
Bersamaan dengan liburannya, seorang Jaksa bernama Yoon Se Joon datang untuk menyelidiki dan mengintai seorang pencuri bernama Kim Dong Seok. Menurut sumber, Kim Dong Seok akan menghadiri acara lelang Gioberni, sebuah brand ternama dan jaksa Yoon sudah mencarinya selama 3 tahun dan sekarang saat yang tepat untuk menagkap basah pencuri itu. Hye Ri yang sudah tidak sabar mulai memainkan papan skynya secara indah diatas salju dan menurutnya dia pantas mendapatkan liburan ini setelah kerja kerasnya belajar untuk menjadi seorang jaksa. Di kantor kejaksaan, kepala jaksa Na bertanya kepada jaksa wanita bernama Jin Jung Sun kemana perginya Jaksa Yoon, lalu Jaksa Jin menjawab bahwa jaksa Yoon pergi untuk menyelidiki kasus Kim Dong Seok. Karena kemungkinan dia akan datang pada acara lelang di sky resort itu. Di kamar hotel, Jaksa Yoon menjelaskan bahwa Kim Dong Seok ini selain mencuri juga mencontoh barang bermerek itu untuk dibuat tiruannya.
Setelah merasa cukup untuk bermain, Hye Ri hendak menelpon Yoo Na karena dia belum juga sampai di tempat ini. Tapi dia tidak sadar kalau HP nya tertinggal di mobil dan Hye Ri pergi ke mobilnya untuk mengambil HPnya. Tapi alangkah terkejutnya ketika mendapati seorang pria sedang membobol isi mobilnya. Dia pergi mengejar, tapi pencuri itu lebih lincah dan pergi sangat cepat.
Hye Ri hendak melaporkan pencuri itu pada polisi tapi dia sadar bahwa HP serta barang berharga lain seperti dompet yang berisi kartu credit ibunya telah dibawa lari oleh si pencuri. Kemudian dia melapor ke Hotel tempat dia menginap bahwa mobilnya kecurian dan menyuruh petugas hotel mengecek apakah kamar yang dipesan Yoo Na sudah siap atau belum. Petugas itu berkata bahwa ada seseorang yang sudah berada di dalam kamar itu tadi. Hye Ri berpikir itu pasti Yoo Na, karena dia janjian dengan Yoo Na tadi di hotel itu. Hye Ri pergi ke kamarnya dan betapa kaget saat pintu dibuka ternyata yang keluar adalah seorang pria (ganteng pulaaa cin…). “Siapa kau?” tanya Hye Ri. Pria itu menjawab “Kau yang bunyikan bel dan mengetuk pintu kamarku kan.” Hye Ri bingung, karena pria itu berkata ini kamarnya, bukankah ini adalah kamar yang dipesan Yoo Na? Lalu Hye Ri bertanya lagi “Apa kau datang dengan Yoo Na?” pria itu menjawab “tidak”. Bertambah bingung Hye Ri bertanya lagi “lalu kenapa kau ada di dalam?” pria itu masih dengan tenang menjawab “karena ini kamarku”.
Hye Ri kemudian menelpon Yoo Na yang saat itu sedang sibuk menyiapkan beberapa baju untuk klien yang tiba-tiba datang. “Bukankah kau tadi memesan kamar atas namamu? Apa kau membatalkannya? Karena disini ada seorang pria yang menempati kamar yang kau pesan, dia bilang kau membatalkannya,” kata Hye Ri. Yoo Na yang sibuk hanya menjawab “aku sudah memesan kamar dan aku tidak pernah membatalkannya”. “Kau harus datang kesini sekarang dan mengatakan padanya. Sekarang kau dimana? Kenapa kau belum datang,” kata Hye Ri kemudian. Yoo Na sangat merasa tidak enak dengan Hye Ri tapi juga tidak bisa mengabaikan klien penting yang tiba-tiba datang ke butik. “Aku sudah mengirimimu pesan kalau aku tidak bisa datang, aku juga menelponmu tapi kau tidak menjawab”. Hye Ri mulai panik, “kau tidak bisa membiarkanku begini!”. Tapi Yoo Na menjawab “Maaf, tapi hari ini tiba-tiba ada klien penting yang mau memesan baju untuk acara pesta dan aku harus berada di butik semalaman”. “Hei, tasku dicuri orang! Dan aku tidak mau tahu kau harus datang!”. Yoo Na tidak bisa meninggalkan pekerjaannya, kemudian Yoo Na berkata Maaf lalu menutup telponnya (klien wanita Yoo Na ini sebenarnya adalah orang kepercayaan pria yang berebut kamar hotel dengan Hye Ri. Nah lhoo..ada apa ya sebenernya…hahaa).
Hye Ri yang mulai merasa malu mulai berkata untuk mencoba menjelaskan bahwa Yoo Na tidak pernah membatalkan pesanan kamar dan kamar ini seharusnya masih atas namanya. Tapi sekali lagi petugas itu bilang kalau Yoo Na telah membatalkannya. Hye Ri berkata untuk mencarikan kamar lain setidaknya untuk berganti pakaian karena dia mau menhadiri acara lelang dan mengincar sepatu Grace yang sangat diinginkannya. Tapi petugas itu bilang bahwa semua kamar sudah dipesan karena ini adalah hari valentine. “Lalu dimana aku harus tidur malam ini?” tanya Hye Ri. Hye Ri tetap tidak rela kamar ini jadi milik pria itu. “Aku akan membayarmu 2x jika kau menyerahkan kamar ini,” kata Hye Ri. Pria itu bertanya balik,” kapan kau akan membayarku? Bukankah tasmu dicuri orang, itu berarti kau tidak punya uang”. Petugas itu berkata akan mencarikannya sebuah motel. “Apa? Mo-tel???” mata Hye Ri terbelalak.
Pria itu bilang “aku tidak akan memberikan kamar ini padamu, tapi aku bisa membiarkanmu untuk tidur disini”. Hye Ri tampak merasa aneh, karena tidak mungkin pria setampan itu datang sendirian dihari seromantis ini lalu dia bertanya “apa kau sedang menunggu pacarmu?”. Pria itu menjawab “Aku menunggu seorang wanita”. Hye Ri kemudian buru-buru keluar kamar karena tidak mungkin dia akan tidur dikamar itu dan mendengar pria itu bermesraan dengan pacarnya.
Akhirnya Hye Ri yang hampir kehabisan waktu untuk datang ke acara lelang mengganti pakaiannya di dalam mobilnya. Dan Hye Ri tampak cantik dengan dress-nya yang berwarna pink. Dia datang ke acara lelang sambil terus menelpon HP ibunya dengan meminjam pada tamu lain yang hadir. Tapi tampaknya ibunya begitu lelap tertidur sampai tidak merasakan HPnya bergetar. Jaksa Yoon masih sibuk mengawasi setiap tamu yang dating dan menyuruh partnernya untuk tetap waspada dengan tamu wanita juga. Acara lelang dimulai, tepat sepatu keinginan Hye Ri dikelaurkan untuk ditawar. Setelah terjadi pertarungan tawar-menawar, akhirnya sepatu itu jatuh pada Hye Ri.

Nah, pada saat pihak brand menyuruh Hye Ri membayar, Hye Ri tidak bisa mengeluarkan uang karena semua kartunya dirampok oleh pencuri mobilnya. Hye Ri ingat pencuri itu memakai baju hangat bergaris dan melihat orang yang sama memakainya. Hye Ri langsung menerkam orang itu sampai membuatnya jatuh. Dan ternyata orang yang dia sangka adalah pencuri itu adalah Jaksa Yoon. Karena hebohnya dia menagkap Jaksa Yoon, sepatu yang diinginkannya diberikan pihak brand pada orang lain yang mampu membayarnya. Jaksa Yoon yang hampir menangkap basah Kim Dong Seok jadi gagal karena dikira pencuri oleh Hye Ri. Jaksa Yoon berusaha mengejar Kim, tapi dia berlari lebih cepat dan lolos.
Hye Ri begitu kecewa dan kesal karena tidak bisa membeli sepatu yang selama ini dia inginkan, kehilangan uang dan dompetnya, dan dia sekarang kelaparan dijalanan. Dia berjalan sedih menuju mobilnya dan tambah kesal ketika ban mobilnya pecah di depan matanya (kasian banget sih Hye Ri..). Hye Ri menunggu bala bantuan di lobi hotel dengan pasrah. Petugas hotel menyarankannya untuk menelpon orang lain yang mungkin dikenalnya. Tapi Hye Ri hanya ingat nomor panggilan cepatnya dan tidak hafal nomor telpon orang lain kecuali ayahnya, ibunya, Yoo Na, dan rumahnya.
Saat dia memalihkan pandangan, dia melihat pria yang berebut kamar dengannya tengah menenteng sepatu yang tadi ditawarnya habis-habisan di lelang. Hye Ri memutuskan untuk datang ke kamar pria itu dan menyetujui usulan pria itu untuk berbagi kamar sampai bantuan datang. “Kau harus bilang pacarmu dulu,” kata Hye Ri, “dimana dia? Apa dia sudah datang?” cerocosnya. Pria itu menjawab “kau pakai saja kamar dilantai 2 dan aku masih menunggunya”. Pria itu kemudian keluar kamar meninggalkan Hye Ri. Dan Hye Ri memandangi sepatu Grace nya dengan mata berbinar dan bergumam “wanita seperti apa yang sangat beruntung mendapatkan sepatu ini”.
Karena begitu lelahnya, Hye Ri merendam seluruh tubuhnya dengan gumpalan busa halus di kamar mandi lantai dua. Hye Ri yakin wanita itu tidak akan datang karena dia tidak tahu bahwa pria itu akan memberinya hadiah. Hye Ri sangat capai sampai-sampai dia tenggelam dalam bathtube dan berteriak seperti orang tenggelam di laut. Pria sang empunya kamar masuk ke kamar mandi dan menarik tubuh Hye Ri tapi sayangnya dia lupa bahwa Hye Ri sedang berendam dan dia tidak memakai pakaian (scene ini lucu deh..kok bisa-bisanya Hye Ri tenggelam dan si pria itu narik tubuhnya Hye Ri yang megap-megap). Hye Ri yang kaget berteriak lebih histeris sambil menyuruh pria itu untuk pergi. “Pergi! Cepat keluar! Kau ingin mati hah?!” katanya histeris. Pria itu melangkah keluar sambil berkata “kenapa pintu kamarmu dan kamar mandimu kau biarkan terbuka”.
Hye Ri yang ketakutan setengah mati kalau sampai pria itu melakukan hal buruk padanya, dia langsung menarik sofa dan kursi untuk mengganjal pintu kamarnya supaya pria itu tidak masuk lagi. Dan akhirnya Hye Ri malah tidur di sofa dan bukannya di kasur karena masih traum. Dan Si empunya kamar, menuruni tangga dengan tersenyum..(tambah aneh ini, cowok ini kayaknya naksir Hye Ri)
Pagi harinya Hye Ri turun untuk makan pagi. “Jadi dia tidak datang?” tanya Hye Ri senang. Pria itu tidak menjawab, dia hanya berkata bahwa dia sudah memesan makanan untuk dua orang dan pria itu juga mengembalikan kunci mobil Hye Ri dan telah membetulkan ban mobilnya yang pecah. “Aku akan membayar semuanya, makan pagi ini, kamar ini, biaya reparasi, apa lagi yang perlu kubayar kau tulis saja,” kata Hye Ri. “Baiklah. Jadi semuanya jumlahnya akan kutulis disini,” kata pria itu sambil menulis pada selembar kertas. Hye Ri yang melihat pria itu menulis berkata “kenapa tidak dibulatkan jadi 100,000 won saja? Aku perlu isi bensin dan membayar tol” (yang artinya dia mau ngutang lagi ma ni cowok..dasarr Hye Ri).
“Tulis juga nomor rekeningmu, aku bisa mentransfernya sekarang,” tambah Hye Ri. “Aku tidak hafal nomor rekeningku, sekretarisku yang mengurusnya, jadi aku beri nomor telponku saja, kalau kau sudah punya uang, telpon aku,” jawab pria itu memberi Hye Ri kertas. “Kau bahkan tidak menanyakan identitasku?” tanya Hye Ri lagi (ckckck..kamu kan kecopetan Hye Ri..). “Apa yang kau bisa tunjukkan padaku?” jawab pria itu mengingatkan Hye Ri bahwa tas yang berisi dompet dan kartu identitasnya telah dicuri kemarin.
Alih-alih pembicaraan Hye Ri mulai nenanyai pria itu lagi “wanita ini tidak datang kan? Lalu apa yang akan kau lakukan dengan sepatu itu?”. “Aku akan memberikannya dan kau akan melihatnya,” jawab pria itu. Hye Ri merasa tidak senang dan berkata “Apa mereka pas? Apa kau tahu ukuran sepatu pacarmu?”. “Sepatu itu cocok untuknya” jawab pria itu. Hye Ri mulai bertampang sedih dan menjelaskan betapa inginnya dia memiliki sepatu itu dan dia dating kemari hanya untuk membeli sepatu itu. Karena tersentuh, akhirnya pria itu memberikan sepatu itu pada Hye Ri dan tentunya Hye Ri harus membayar sepatu itu juga.
Hye Ri turun ke lobi dengan bangga memakai sepatu itu dan pria itu terus memperhatikan Hye Ri dari atas (hmm…ada apakah ini??). Sesampainya dirumah, Hye Ri langsung memamerkannya pada ibunya. Ibunya yang merasa agak aneh bertanya “dengan apa kau membelinya? Bukankah tasmu dicuri oleh orang?” tanya ibunya. Hye Ri baru ingat kalau pria itu memberinya nomor telepon dan dia sekarang lupa menaruhnya dimana.
Saat makan malam bersama ayah Hye Ri bertanya “dimana kantormu nanti?”. Hye Ri menjawab bahwa dia akan tinggal di kantor jaksa senior sampai dia memiliki kantornya sendiri. Pagi harinya para Jaksa senior datang dan memarkir mobil sedan hitam mereka dengan rapi, memakai pakaian setelan jas hitam juga dengan rapi (yang aku bingung, apa orang kejaksaan semua mobilnya hitam..??). Sampai Hye Ri datang dengan mode yang sangat bertolak belakang dan para jaksa senior melihatnya dengan bingung. Apalagi seorang jaksa muda bernama Lee Min Suk. “Jaksa Lee, sepertinya matamu bisa keluar kalau kau melotot seperti itu,” kata Jaksa wanita Jin Jung Sun. Jaksa Lee berkata akan senang bila dia (Hye Ri yang berdandan sangat seksi) adalah jaksa baru disini. Jaksa lain bernama Chae Ji Woon membantah perkataan Jaksa Lee dan mengatakan kalau dia adalah tukang kredit yang datang untuk menarik pembayaran (hahhaa..ada-ada saja).
Dan begitu mereka datang ke kantor, guess what?? Hye Ri yang tadi dikira tukang kredit telah menanti kehadiran Jaksa senior yang tadi diluar sedang membicarakannya. “Selamat pagi, namaku Jaksa Ma Hye Ri, dan aku akan mulai bekerja di devisi 5 bagian Kebijakan Kriminal,” kata Hye Ri membuat ke empat Jaksa senior terbelalak. Jaksa Lee tentunya merasa senang (ya iyalah..kan lumayan ada hiburan..ahahhaa..), Kepala Jaksa, Jaksa Jin dan Jaksa Chae saling pandang kebingungan.
Kepala Jaksa menyuruh Hye Ri untuk memperkenalkan diri pada ketua Jaksa Yoon. Dan betapa kagetnya Hye Ri ketika tahu bahwa orang yang berada di tempat lelang yang sempat dituduhnya sebagai pencuri tasnya adalah seorang jaksa ketua yang sekarang berdiri di depannya (jeedyeerrrr…mukanya syok banget si Hye Ri). Jaksa Yoon yang tahu dan tetap bersikap stay cool dan menyuruh Hye Ri duduk di kursinya. Hye Ri bingung, apakah jaksa Yoon tidak ingat atau pura-pura lupa dengan kejadian kemarin.
Semua Jaksa duduk ditempatnya dan mulai melakukan tugasnya sedangkan Hye Ri malah sibuk me-lap mejanya dengan tissue. Dua orang pria yang sedang diinterograsi di dalam ruang kerjanya oleh jaksa Yoon malah sibuk menggoda Hye Ri karena penampilannya yang seksi. “Hei nona muda, bisakah kau ambilkan aku air?” kata salah seorang pria itu. “Maaf, aku bukan pelayan, aku adalah seorang Jaksa,” jawab Hye Ri polos (duh Hye Ri..kamu lagi dilecehin tuh..). “Kau Jaksa? Bisakah aku diinterograsi saja dengan jaksa cantik ini?” kata pria lainnya. Hal ini membuat Jaksa Yoon kesal. Hye Ri yang mulai curiga dengan gelagat kedua orang paman yang dari tadi memperhatikannya tanpa berkedip kemudian bertanya “Paman, apa yang kau lakukan? Apa yang kau lihat hah?!”. Hye Ri pun merasa seperti dilecehkan. Jaksa Yoon yang tidak sabar, marah dan berteriak untuk membuat ruangan kembali kondusif.
Saat istirahat, Jaksa Jin yang mendapat laporan dari Jaksa Yoon menasehati Hye Ri. “Kalau kau ingin menjadi seorang jaksa, maka bersikaplah seperti seorang jaksa dikantor”. Hye Ri berkata “Jadi maksudmu pakaianku terlalu pendek? Besok aku akan menurunkan beberapa centi rokku dan aku tidak akan memakai stoking jaring lagi, aku rasa tiap orang mempunyai style berbeda. Apa ada lagi yang harus kau beritahu pada Jaksa baru?”. Jaksa Jin kemudian mencoba untuk bersabar dengan kelakuan Hye Ri dan menjelaskan tugas Hye Ri yang lain, yaitu sebelum tiba jam istirahat, Hye Ri harus memasuki tiap ruangan Jaksa senior lain dan menanyakan makanan apa yang mau mereka makan, kemudian memesannya atau membuat reservasi disebuah restoran. Hye Ri mengangguk-angguk mengerti.
Lalu Jaksa Jin berkata bahwa malam ini mereka semua akan pergi makan malam bersama dan mengajak Hye Ri untuk ikut serta. Setelah selesai, Hye Ri kembali ke ruangannya (ke ruang Jaksa Yoon maksudnya) dan Jaksa Yoon memberikan 1 bendel arsip kasus yang harus Hye Ri kerjakan. Ohooii…akhirnya makan malam bersama tiba dan nah disini Hye Ri mulai menggila. Saat kepala Jaksa menuang minuman minuman ke gelas dan menyuruh Hye Ri untuk meminumnya, Hye Ri langsung meminumnya dalam sekali teguk. Sekali lagi, sekali lagi, dan lagi, Hye Ri masih mampu untuk meminumnya, ternyata Hye Ri juga kuat minum.
Hye Ri mengusulkan untuk pindah tempat setelah mereka selesai minum. Dan mengajak mereka untuk karaoke. Dan yang paling mengagetkan, Hye Ri mengganti bajunya dengan yang lebih seksi dan menari-nari sambil menyanyi seperti orang gilaaa….para Jaksa senior pria melihatnya dengan mata melotot. Dan setelah selesai, Hye Ri mengusulkan untuk pindah tempat tapi oleh jaksa senior lain, kepala jaksa langsung digandeng keluar dan memanggilkan taksi untuk pulang (hwehehhee...takut pak kepala jaksa besoknya gak bisa masuk gara-gara mimpi'in Hye Ri nari kali yaa...).
Di lain tempat, pria yang dulu berebut kamar dengan Hye Ri membaringkan tubuhnya diatas kursi panjang di teras halaman belakang apartemennya (kayanya nih cowok berduit juga, nyatanya apartemennya baguss cuii...^^). Pria ini sedikit misterius dan jangan salah…nantinya pria inilah yang akan membantu Hye Ri, sangat peduli pada Hye Ri, dan memperhatikan Hye Ri.
Pagi harinya, seperti biasa, para jaksa senior datang dan memarkir mobil mereka dengan rapi dan memakai setelan jas hitam rapinya. Dan Hye Ri datang tetap dengan model bajunya yang wah dan nyentrik. Hye Ri berjalan dibelakang Jaksa Yoon dan Jaksa Jin dan berkata “wah, apa kalian sedang berkencan?”. “Kenapa kalian semobil berdua?” tanyanya lagi (Hye Ri ini bener-bener pengen tahu dan cerewet banget...hahhaa) dan dia menambahi “Oh, apa kalian berdua menikah?”. Jaksa Jin dan Jaksa Yoon saling melihat dan Jaksa Jin menyuruh Jaksa Yoon untuk masuk kedalam dulu. Jaksa Jin kembali menasehati Hye Ri tentang pakaiannya, tapi Hye Ri dengan santai menjawab “Ini lebih panjang 1 centi dari rokku kemarin dan aku sudah tidak memakai stoking jarring lagi”. Jaksa Jin mulai tidak tahan, dan menyuruh Hye Ri untuk berpakaian lebih sopan, tapi Hye Ri mengatakan bahwa dinegara ini tidak ada aturan yang mengatur tentang pakaian wanita dan bagaimana cara mereka berdandan (haduduh Hye Ri…). Jaksa Jin mulai meninggikan suaranya karena sudah amat kesal dengan Hye Ri.
Di ruangan, Hye Ri mulai mengintrograsi seorang pria yang diduga adalah pencuri, Hye Ri terus bicara tanpa memberi kesempatan pria itu untuk menjelaskan. Nah dilain situasi, seorang pria berjalan menuju ke sebuah ruangan jaksa (siapa dia..pasti udah bisa nebak dong dan kita akan segera tahu). Jaksa Yoon memberitahu Hye Ri supaya member kesempatan bagi semua tersangka untuk berbicara (setidaknya mendengarkan apa yang dikatakan sang tersangka, karena siapa tahu orang itu tidak bersalah atau kena fitnah). Sebelum menentukan hukuman, alangkah baiknya Hye Ri juga memahami situasi sang tersangka, itu kata Jaksa Yoon. “Kenapa aku harus memahami situasi orang lain? Aku ini seorang jaksa dan bukan pekerja sosial,” jawab Hye Ri membuat Jaksa Yoon kehabisan kata.
Hye Ri kemudian pergi ke tolet untuk merapikan make-up-nya dan betapa terkejutnya Hye Ri saat kembali ke ruangan dan mendapati seorang pria yang ternyata adalah pria perebut kamar itu sekarang berdiri di depan Jaksa Yoon. Si Hye Ri kaget bukan kepalang, berteriak dan membuat pria itu dan Jaksa Yoon mengalihkan pandangan padanya. Nah lhoo…Hye Ri lupa bayar bill sih, janjinya mau bayar..hahhaa…ceritanya tambah seru di episode berikutnya ^^
Tambah seru lho di episode 2 dan bertambah seru di episode-episode berikutnya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar